Pengawas ujian di dunia makhluk lemah yang sama seperti kita. Adapun ujian di akhirat, langsung diawasi oleh Allah ﷻ yang tidak mungkin salah, tidak mungkin lupa dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya. Allah berfirman: يَوْمَىِٕذٍ تُعْرَضُوْنَ لَا تَخْفٰى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ.
Wallahu a’lam. REPUBLIKA.CO.ID, Kehidupan di dunia ini sebenarnya adalah kehidupan menuju akhirat. Ia adalah jembatan yang mesti dilalui oleh setiap manusia sebelum menempuh alam akhirat. Bahasa sederhananya, kehidupan dunia adalah medan persediaan dan persiapan untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal sepanjang zaman.
Dunia adalah jembatan menuju akhirat, di dunia ia bisa memperbanyak bekal, yaitu takwa. Dunia adalah tempat ibadah, tempat shalat, tempat puasa, tempat bersedekah, tempat berjihad dan tempat ia berlomba-lomba dengan saudaranya untuk menggapai kebaikan (surga). Petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam menjalani hidup di dunia

Bayangan kenikmatan dunia dan akhirat pasti ada di setiap hati hamba. Persis seperti dua sisi timbangan, apabila salah satu dari keduanya lebih berat maka sisi yang lainnya akan terangkat. Demikianlah seorang hamba yang telah tertipu dengan dunianya, dia akan sibuk terhadap urusan dunia dan mengabaikan akhiratnya. Padahal kenikmatan dunia dibandingkan kenikmatan akherat hanyalah sedikit saja

Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). QS.Surat Al-Mu’min[40]:39 يٰقَوْمِ اِنَّمَا هٰذِهِ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ ۖوَّاِنَّ الْاٰخِرَةَ هِيَ دَارُ

“Aku lebih dekat terhadap Isa bin Maryam di dunia dan akhirat, Seluruh nabi adalah saudara sebapak, ibu-ibu mereka berbeda-beda, sedangkan agama mereka satu.” (HR. Bukhari Muslim) Makna hadits adalah bahwa asal iman keimanan para nabi itu satu sedangkan syariat-syariatnya berbeda-beda.

Demikianlah, sesungguhnya kenikmatan di dunia dan di akhirat tidak dapat menyamai kenikmatan memperoleh keridloan Allah SWT . Allah telah mengingatkan kepada kita bahwa semua perkara itu hanyalah

Sungguh mengena sekali apa yang dikatan oleh seorang tabi’in yang bernama Aun bin Abdillah, “Sesungguhnya orang-orang sebelum kami, mereka menjadikan dunia sebagai sisi dari kepentingan akhirat mereka, sementara kalian menjadikan akhirat sebagai sisa dari kesibukan dunia kalian.” (Sifatush Shafwah, 3/101) 3Dc9kF2.
  • 49djioyy3r.pages.dev/90
  • 49djioyy3r.pages.dev/172
  • 49djioyy3r.pages.dev/232
  • 49djioyy3r.pages.dev/66
  • 49djioyy3r.pages.dev/248
  • 49djioyy3r.pages.dev/167
  • 49djioyy3r.pages.dev/220
  • 49djioyy3r.pages.dev/4
  • kenikmatan dunia dibanding akhirat